Unknown

BAB II
PEMBAHASAN
LOGAM MATA UANG (Cu, Ag, DAN Au)

Nama “logam pembuat uang (coinage metal)” yang diberikan untuk unsur-unsur Golongan IB bukan keanehan karena logam-logam ini telah digunakan berabad-abad yang lalu untuk membuat uang dan permata.
2.1.KECENDERUNGAN LOGAM MATA UANG
Unsur golongan IB (yaitu tembaga, perak, dan emas) disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu lama.

Unknown

BAB II
PEMBAHASAN
A.           Kecenderungan Logam Fe
Besi adalah unsur dari golongan transisi. Besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan logam transisi yang berada pada golongan VIII B dan periode 4. Besi adalah logam paling melimpah nomor dua setelah alumunium. Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Besi yang merupakan unsur logam transisi, dimana sifat dari unsur-unsur transisi tidak memiliki perubahan yang signifikan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam satu periode. Sifat dari besi tidak jauh berbeda dengan sifat-sifat unsur logam transisi lainnya.

Unknown

LOGAM KOBALT DAN NIKEL (KIMIA ANORGANIK)

BAB II
PEMBAHASAN


2.1                   Kecenderungan Logam Kobalt dan Nikel

Kobalt dan nikel termasuk ke dalam unsur transisi periode 4, tepatnya termasuk unsur golongan VIIIB. Di dalam golongan ini kesamaan horizontalnya lebih besar daripada vertikalnya dan gambaran mengenai sifat unsur ini didasarkan pada golongan horizontal setiap tiga unsur, yang disebut triad. Setiap triad diberi nama sesuai dengan nama unsur yang paling dikenal. Sehingga kita mempunyai triad besi, triad paladium, dan triad platinum.[1] Oleh karena itu, dapat diketahui kobalt dan nikel cenderung memiliki sifat yang sama.
Unknown

LOGAM MANGAN (KIMIA ANORGANIK)

BAB II
PEMBAHASAN

A.    KECENDERUNGAN GOLONGAN
Mangan adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 25 dan memiliki symbol Mn. Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di Swedia. Logam mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetic. Hal ini dapat dilihat dari obital d yang terisi penuh pada konfigurasi electron. Mangan mempunyai isotop stabil yaitu 55Mn.
Unknown

LOGAM VANADIUM DAN KROMIUM (KIMIA ANORGANIK)

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kecendrungan Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1.      Kecendrungan Vanadium
Logam ini barangkali memang sulit dijumpai secara langsung di sekeliling kita, logam ini mempunyai kenampakan bersianar cemerlang, cukup lunak sehingga mudah untuk dibentuk seperti pembuluh, mempunyai titik leleh 1915°C dan titik didih 3350°C  serta tahan terhadap korosi. Vanadium dapat bergabung dengan karbon di dalam baja, membentuk senyawa V4C3 yang merupakan butiran–butiran halus terdispersi dan membuat baja menjadi lebih tahan lama dan tahan sobekan bahkan pada temperatur tinggi, sehingga lebih baik daripada baja besi. Penambahan karbon kira-kira 10% mengakibatkan kenaikan titik leleh yang sangat menyolok, menjadi kira-kiara 2700°C.
Dengan sifat semacam ini produksi vanadium sebagian besar (-80%) digunakan sebagai logam aditif pada baja khususnya untuk keperluan baja yang tahan goncangan pada kecepatan tinggi, disamping itu dipakai sebagai paduan dengan logam alumunium dengan presentase sekitar 10%berat.
Kandungan vanadium dalam batu-batuan pada kerak bumi diduga sekitar 136 ppm yang merupakan unsur transisi terbanyak kelima setelah besi (Fe), titanium(Ti) mangan(Mn), dan Zirkon (Zr) logam ini terdapat dalam kira-kira 60 macam mineral bersama-sama dengan logam-logam lain. Mineral yang penting sebagai sumber logam vanadium yaitu patronit VS yang merupakan suatu polisufida. Karena mudah bergabung dengan oksigen, logam ini juga terdapat pada berbagai mineral vanadat seperti pada :
Vanadiat  yaitu timbal (II)n klorida vanadat, PbCl2.3Pb3(VO4)2
Karnoit yaitu kalium uranil vanadat, K(UO2)(VO4).1,5 H2O dan
Vanadinit yaitu Pb5(VO4)3Cl.
Dengan konfigurasi elektronik [18Ar] 3d3, 4s2, atom vanadium dapat ,melepaskan 2 sampai 5 elektron menghasilkan tingkat oksidasi +2, +3, +4 atau +5. Kemudahan melepaskan elektron tentu saja berkaitan dengan kedudukan vanadium sebagai awal anggota deret transisi dimana tarikan inti terhadap elektron – elektron “d” masih relatif lemah , demikian juga berkaitan dengan atom-atom yang berikatan yaitu yang bersifat sangat elektronegatif seperti oksigen, dan senyawanya menjadi bersifat kovalen atau dalam bentuk senyawa kompleks. Vanadium dengan tingkat oksidasi tertinggi (V+5) ini tentu saja bersifat sebagai oksidator yang baik, dan dapat dipakai sebgai kataloisator pada industri asam sulfat.[1]

2.      Kecendrungan Kromium
Kromium adalah logam yang kuat dan bercahaya serta sangat tahan terhadap korosi. Karena itu, logam ini dipakai untuk pelindung besi dari proses korosi. Lapisan kromium pada besi dapat dibuat dengan elektrolisis (penyepuhan). Kromium terdapat dalam baja anti karat (stainless steel) yang biasa mengandung 19% kromium, 9% nikel, dan yang lainnya besi.[2]
Disamping itu kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak, dan lembek jika muerni dengan titik leleh kira-kira 1900°C dan titik didih kira-kira 2690°C. Logam ini sangat tahan terhadap korosi, karena reaksi dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat tidak berpori sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi dari serangan reaksi lebih lanjut.
Kromium bereaksi dengan asam (non oksidator) menghasilkan Cr (II), tetapi dengan asam oksidator reaksi menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan krom(II) oksida.
 Atom kromium dengan konfigurasi elektronik terluar 3d5, 4s1 (setengah penuh) mempunayi tiga macam tingkat oksidasi yang utama yaitu +2, +3 (paling stabil) dan +6. Dengan demikian kromium sangat banyak terdapat sebagai senyawanya.[3]
Biloks +2 merupakan ion Cr2+ yang berwarna biru dalam larutan dan sangat mudah dioksidasi menjadi +3 yang merupakan biloks yang sangat stabil.
Senyawa krom(III) yang sangat penting adalah senyawa oksidanya, Cr2O3 yang merupakan zat warna hijau yang sangat stabil. Zat ini dapat digunakan untuk mewarnai cat, bahan atap dari scrap, semen dan plaster.
  Ion krom(III) membentuk banyak ion kompleks yang stabil dan dalam air berada dalam bentuk ion kompleks yang berwarna violet Cr (H2O)63+. Ion ini membentuk garam krom(III) yang berwarna violet.
Reaksinya :
Cr(H2O)63+(aq) + 3OH-(aq)  → Cr(H2O)3(OH)3(s) + 3H2O
Krom yang biloks +6 membentuk oksida CrO3 yang merupakan oksidator kuat dan merupakan anhidrida asam dari asam kromat H2CrO4. Dalam larutan yang sangat asam H2CrO4 merupakan zat yang penting. Apabila pH nya naik akan terbentuk dua macam zat salah satu zat berupa ion kromat yang berwarna kuning CrO42- dan ion dikromat Cr2O72- yang berwarna merah orange. Keduanya adalah oksidator kuat dan keduanya berada dalam bentuk kesetimbangan
2CrO42- + 2H+  ↔ Cr2O72- + H2O
Menurut prinsip Le Chartetier Cr2O72- lebih menonjol pada pH rendah dan CrO42- merupakan zat yang menonjol pada pH tinggi.[4]
Ion dikromat bersifat isoelektronik dengan managan (VII) oksida, yaitu cairan merah yang eksplosit. Spesies yang mengandung kromium yang isoelektronik dengan MnO4- ialah ion kromat CrO42-.[5]
Logam kromium relatif jarang, di dalam kerak bumi kandungannya diduga kira-kira hanya 0,0122% atau 122ppm, lebih rendah daripada Vanadium.

B.     Sifat-sifat Fisis dan Kimia Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1.       Sifat Fisis
1.1  Sifat Fisis Vanadium
Karakteristik Umum
  Nama unsure
Vanadium
   Simbol
V
  Nomor atom
23
  Kategori Unsur
Logam Transisi
  Grup, periode, blok
5, 4, d
  Warna
Logam biru-abu-abu-keperakan
  Massa Atom
  Konfigurasi Elektron
[Ar]3d3 4s2



Sifat-Sifat Fisis
  Fasa
Padat
  Massa Jenis
6.11 g/cm3
  Titik leleh
2183 K (1910 °C, 3470 °F)
  Titik Didih
3680 K (3407 °C, 6165 °F)
  Kalor pembentukan
  Kalor Penguapan
  Kapasitas kalor (25 °C)
24.89 J·mol−1·K−1
Tabel 1. Sifat Fisis Vanadium

1.2  Sifat Fisis Kromium
Kromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1,sangat keras,mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsure-unsur transisi deret pertama lainnya.Bilangan oksidasi terpenting adalah +2,+3,+6.[6]
Tabel 2. Sifat Fisis Kromium
Massa Jenis
7,15 g/cm3 (250C)
Titik Lebur
2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi
397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C)
  23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier
4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 Ω m

2.      Sifat Kimia
2.1  Bilangan Oksidasi
Tabel 3. Bilangan Oksidasi Vanadium dan Kromium
Nomor  Golongan

VB
VIB
Vanadium (V)
Cromium (Cr)
+1, +2, +3, +4, +5
+2, +3, +6

Jadi, dapat dikatakan bahwa vanadium dan cromium memiliki bilangan oksidasi yang lebih dari satu, pada umumnya, hal ini disebabkan oleh elektron yang tidak hanya keluar dari subkulit s, tetapi juga dari subkulit d yang ada di bawahnya.  Angka-angka bilangan oksidasi yang berada di atas yang dicetak tebal merupakan bilangan oksidasi yang paling stabil.[7] Beberapa catatan penting tentang tingkat oksidasi unsur vanadium dan cromium yaitu:
a.       Tingkat oksidasi yang paling umum dari V dan Cr adalah +3.
b.      V dan Cr memiliki tingkat oksidasi tertinggi jika berikatan dengan unsur yang sangat elektronegatif, seperti O dan F.
c.       Pada tingkat oksidasi yang tinggi (+4 ke atas), V dan Cr tidak lagi membentuk ion sederhana . Sebaliknya, V dan Cr  akan membentuk senyawa kovalen  atau ion poliatom .[8]

2.2  Konfigurasi Elektron
Tabel 4. Konfigurasi elektron Vanadium dan Kromium
VB
VIB
V
Cr
[Ar]
[Ar]

Dalam upaya mencapai konfigurasi gas mulia, V dan Cr akan melepas elektron-elektron di subkulit s dan d-nya. Karena jumlah elektron di subkulit d yang tergolong banyak, maka dibutuhkan energi yang lebih besar untuk melepas elektron-elektron tersebut.[9]
Dalam pengisian orbital ternyata ada beberapa penyimpangan, yaitu:
Cr [Ar]        seharusnya      [Ar]
Penyimpangan itu terjadi akibat tingkat energi elektron tersebut lebih rendah dari yang seharusnya. Menurut hasil spektroskopi: penyimpangan pada Cr adalah dimana konfigurasi inilah yang paling stabil. Konfigurasi elektron cenderung stabil apabila d atau s-nya terisi penuh atau setengah penuh .
Sifat fisika dan kimia unsur V dan Cr ditentukan oleh konfigurasi elektronnya. Tingkat energi orbital d dan s kulit terluarnya hampir sama, sehingga terjadi kombinasi orbital d dan s dalam konfigurasi elektronnya. Bila unsur ini melepaskan elektron, maka yang pertama keluar adalah elektron pada orbital s, karena yang terlemah, dan kemudian diikuti oleh orbital d. Akibatnya, unsur ini dapat melepaskan satu, dua, tiga elektron.[10]

2.3  Sifat Magnetik
Sifat magnetik suatu unsur disebabkan keberadaan elektron tidak berpasangan di dalam orbital atomnya. Kemungkinan adanya elektron tidak berpasangan cenderung ditemui pada atom dari unsur dengan subkulit yang terdiri dari banyak orbital, yakni subkulit d dan f. Kita ketahui bahwa V dan Cr memiliki elektron-elektron tidak berpasangan dalam orbital-orbital di subkulit d-nya. Hal ini menyebabkan unsur-unsur ini menjadi mudah tertarik ke medan magnet luar.
Tabel 5 V dan Cr yang elektronnya tidak memiliki pasangan elektron.
Nomor atom
Unsur
Jumlah e di subkulit d

orbital



4s
3d
4s
3d
23
V
2
3
↑↓
       
24
Cr
1
5
↑ ↑ ↑ ↑ ↑

Dapat dikatakan bahwa V dan Cr adalah termasuk paramagnetik, yaitu sifat zat yang dimiliki zat yang mempunyai setidaknya 1 elektron tidak berpasangan (↑).[11]


2.4 Warna unsur.
Vanadium  :   banyak warna dalam senyawa.
Cromium    :  putih perak

C.    Persenyawaan Oksida Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1.       Senyawa Oksida Vanadium[12]
a.       Vanadium Pentoksida
V2O5 bewarna kuning- oranye. Dapat diperoleh dari pemanasan vanadat, NH4VO3 menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
2NH4VO3                      NH3 + V2O5 + H2O
Padatan V2O5 hasil ini mempunyai titik leleh kira- kira 650. Membeku pada pendinginan dengan membentuk kristal- kristal yang berbentuk jarum. Oksida ini juga dapat diperoleh dengtan penambahan larutan asam encer kedalam larutan amonium vanadat:
2NH4VO3 + H2SO4                                    (NH4 )2SO4 + V2O5 + H2O
Kelarutan oksida ini dalam air sangat kecil (kira- kira 0,007 gr/L), dan V2O5 lebih bersifat amfoterik, oleh karena itu larut dalam basakuat, misalnya natrium hidroksida, dengan menghasilkan ion panadat (yang tak bewarna). Jika kedalam larutan ini kemudian ditambahkan asam hingga kira- kira pH 6,5, larutan menjadi oranye cemerlang dan jika penambahan asam diteruskan hingga kira- kira pH 2, ternyata diperoleh endapan bewarna coklat(V2O5), tetapi endapan ini larut kembali pada penambahan asam lebih lanjut dengan membentuk ion kompleks dioksida vanadium.
b.      Vanadium Dioksida
VO2 bewarna biru tua diperoleh dari reduksi moderat V2O5. Bersifat amfoterik seperti halnya V2O5 larut dalam kelarutan yang sama banyak baik dalam asam maupun basa. Dalam basa kuat larut dengan membentuk iopn vanadat (IV), namun rumusan ionnya kurang begitu jelas.
c.       Vanadium Trioksida
V2O3 bewarna hitam, dapat diperoleh dari reduksi V2O5 dengan H2 atau CO. Bersifat basa  oleh karena itu dengan asam bereaksi menghasilkan ion V3+ yang bewarna hijau.
V2O3 + H3O+                           2 V3+  + 9 H2O
d.      Vanadium Oksida
VO juga bewarna hitam, dapat diperoleh dari reduksi V2O3 dengan logamnya, V. Bersifat basa seperti halnya V2O3, larut dalamm asam membentuk ion V2+  yang bewarna violet.

2.      Senyawa Oksida Kromium
a.       Kromium (III) Oksida
Cr2O3 bewarna hijau dan dapat diperoleh dari dekomposisi termal amonium dikromat, reaksi:
(NH4)2CrO7                Cr2O3 + N2 + 4H2O
b.      Kromium Trioksida
CrO3 bewarna merah tua. Kromium trioksida sangat mudah larut dalam air menghasilkan ion kromat , namun ion kromat ini mengalami perubahan struktur menjadi ion dikromat. Reaksi:
CrO3 + 3H2O                [CrO4] 2- + H3O+

c.       Kromium (IV) Oksida
Dapat diperoleh dengan reduksi CrO3 secara hidrotermal. Reaksi:
CrO3 + H2                   CrO2 + H2O
d.      Kromium (VI ) Oksida
Dapat diperoleh dengan penambahan asam sulfat pada alkali dikromat, reaksi:
K2Cr2O7 + H2SO4                                  2CrO3 + K2SO4 + H2O
Seperti halnya pada oksida vanadium, sifat basa oksida (hidroksida)kromium menurun atau sifat asam naik dengan naiknya tingkat oksidasi, oleh karena itu Cr2O3, demikian juga Cr(OH)3 bersifat amfoterik. Seperti halnyta oksida dan hidroksida aluminium, sedangkan CrO3 bersifat asam. Hal ini dapat dipahami bahwa Cr(IV) mempunyai jari- jari ionik pendek dan kerapatan muatan menjadi tinggi sehingga mempunyai kecendrungan yang lebih besar sebagai akseptor elektron, dengan demikian bersifat asam.[13]

D.    Ekstraksi Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1.       Ekstraksi Vanadium
Langkah pertama ekstraksi logam ini yaitu vanadium dalam bentuk oksidanya V2O5 dari bijihnya melalui berbagai macam proses dan reaksi. Untuk itu biasanya ditemuh prosedur umum dengan pemanggangan (roasting) bijih-bijih yang dapat diremukkan atau diresidu vanadium dengan garam NaCl atau N2CO3 pada temperatur kira-kira 850°C. Tahap ini akan menghasilkan natrium vanadat, Na3VO4 yang kemudian diluluhkan dengan air. Pengasaman dengan asam sulfat hingga pH =2-3 akan menghasilkan padatan “ roti merah” polivanadat,  dan pemanggangan langsung pada temperatur kira-kira 700°C akan menghasilkan padatan hitam V2O5.
Langkah selanjutnyayaitu proses reduksi yang pada garis besarnya dibedakan dalam dua perlakuaan berdasarkan tujuannya. Jika dikehendaki hasilnya untuk keperluan zat adiktif pada baja, mka reduksi dilakukan dalam tanur listrik dengan penambahan biji besi, silikon, dan kapur, CaO; hasilnya yaitu ferovanadium dengan kadar vanadium (35-95%) yang dapat dipisahkan dari ampas atau kerak CaSiO3 menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
2V2O5 + 5Si + Fe + 5CaO  V + e + 5 CaSiO3
Untuk digunakan sebagai zat aditif pada baja, ferovanadium dapat langsung dipakai tanpa pemurnian lebih lanjut.
Jika diinh=ginkan logam vanadium murni, reduksi V2O5 dapat dilakukan dengan kalsium dimana lelehan logam vanadium dapat dipisahkan dari kerak CaO.
   V2O5 + 5Ca  2V(l) + 5CaO(s)
Untuk bahan dasar yang mengandung vanadium(II) klorida misalnya, logam vanadium dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh melalui elektrolisis dengan proses van Arkel-de Boer dimana garam vanadium klorida yang sudah dimurnikan diuapkan dan didekomposisi melalui kawat panas dalam keadaan vakum.

2.      Ekstraksi Kromium
pada dasarnya terdapat dua macam cara ekstraksi kromium berdasarkan penggunaannya, yaitu sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam murni Cr.
1.      Ferokrom dibuat dari reduksi kromit dengan batubara (C) dalam tanur listrik; ferokrom dengan kandungan karbon rendah dapat doperoleh dari reduksi kromit dengan menggunakan ferosilikon sebagai ganti batu bara. Hasil paduan Cr-Fe ii dapat digunakan secra langsung sebagai bahan aditif baja kromium steiless. Persamaan reaksinya yaitu:
FeCr2O4 + C  2Cr + Fe + 4CO(g)
2.      Kromium murni dapat diperoleh melalui tahap-tahap berikut. Pertama bijih kromit dalam lelehan alkali karbonat dioksidasi dalam udara untuk memperoleh natrium kromat, Na2CrO4. Kedua peluluhan dan pelarutan Na2CrO4. Ketiga reduksi Cr2O3 dengan alumunium (proses alumino termit)  dengan silikon. Persamaan reaksinya yaitu:
FeCr2O4 + 2Na2CO3 + O2(g)  2Na2CrO4(aq) + 2CO2(g) + Fe(s)
2Na2CrO4(aq) + H2O → Na2Cr2O7(s) + 2NaOH(aq)
Na2Cr2O7 + 2C  Cr2O3 + Na2CO3  + CO(g)
Cr2O3 + 2Al  2Cr(l) + Al2O3(s)
2Cr2O3 + 3Si  4Cr(l) + 3SiO2(s)[14]

E.     Kegunaan Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1.      Vanadium
Vanadium banyak digunakan dalam industri-industri, seperti[15]:
a.       Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi.
b.      Untuk membuat logam campuran.
c.       Oksida vanadium (V2O5) digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat dengan proses kontak.
2.      Kromium
Logam kromium dan senyawanya banyak digunakan dalam bidang industri.
a.       Logam kromium dapat dicampur dengan besi kasar (pig iron) membentuk baja yang sifatnya keras dan permukaannya tetap mengkilap.
b.      Krom seperti ferrrokrom dapat juga dicampur dengan besi kasar membentuk baja yang sifatnya tahan karat. Ferrokrom dapat dibuat dari reduksi kromit (FeCr2O4) dengan karbon dalam tungku listrik.
Reaksi pembuatannya:
FeCr2O4(s) + 4C —>  Fe(s) + 2Cr(s) + 4 CO(g).
c.       Larutan K2Cr2O7 atau kromium (III) oksida, CrO3, dalam asam sulfat pekat, adalah oksidator kuat yang biasanya digunakan untuk mencuci alat-alat laboratorium.
d.      Na2Cr2O7.2H2O digunakan dalam penyamakan kulit, menghasilkan kulit sama, kromium membentuk senyawa yang tidak melarut dengan protein dalam kulit.
e.       Senyawa kromium dapat juga diganakan sebagai pigmen, yaitu PbCrO4 (kuning kromium) dan Cr2O3 (hijau kromium).[16]
f.       Kromium (VI) dan kromium (III) digunakan untuk menyepuh logam (electroplating). electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi
g.      Pengawet Kayu.
Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung adalah suatu proses memasukkan  bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.
Bahan Pengawet:
a.      CCB adalah tembafa-khrom-boron
b.   CCF adalah tembaga-khrom-flour
h.      Kromium dapat berperan sebagai pewarna, pencelup, dan cat. Dalam bidang industri kimia, Kromium berguna sebagai bahan dasar pembuatan pigmen cat/warna  karena Kromium mengandung komponen warna merah, kuning, orange, dan hijau.
i.          Zat Warna
Kromium digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yang kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium. timbal khromat berwarna kuning krom, merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa krom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Vanadium merupakan logam yang  mempunyai kenampakan bersianar cemerlang, cukup lunak sehingga mudah untuk dibentuk seperti pembuluh, mempunyai titik leleh 1915°C dan titik didih 3350°C  serta tahan terhadap korosi.
Kromium adalah logam yang kuat dan bercahaya serta sangat tahan terhadap korosi. Karena itu, logam ini dipakai untuk pelindung besi dari proses korosi. Kromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1,sangat keras,mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsure-unsur transisi deret pertama lainnya.Bilangan oksidasi terpenting adalah +2,+3,+6.
Dan adapun persenyawaan Oksida Vanadium adalah:
a.       Vanadium Pentoksida
b.      Vanadium Dioksida
c.       Vanadium Trioksida
d.      Vanadium Oksida
Sedangkan persenyawaan oksida kromium adalah sebagai berikut:
a.       Kromium (III) Oksida
b.      Kromium Trioksida
c.       Kromium (IV) Oksida
d.      Kromium (VI ) Oksida
Ekstraksi logam vanadium dalam bentuk oksidanya V2O5 dari bijihnya melalui berbagai macam proses dan reaksi. Untuk itu biasanya ditemuh prosedur umum dengan pemanggangan (roasting) bijih-bijih yang dapat diremukkan atau diresidu vanadium dengan garam NaCl atau N2CO3 pada temperatur kira-kira 850°C. Pada dasarnya terdapat dua macam cara ekstraksi kromium berdasarkan penggunaannya, yaitu sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam murni Cr.
B.     Saran
Kita sebagai mahasiswa harus banyak membaca agar pengetahuan kita luas terutama dibidang yang kita pilih. Kita sebagai mahasiswa kimia haruslah menguasai ilmu-ilmu kimia, oleh karena itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa kimia dalam mendalami ilmu kimia.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,Hiskia.(2001).Kimia Unsur dan Radiokimia.Bandung.PT.Citra Aditya Bakti.
Brady,E James.Kimia Universitas Asas dan Struktur jilid dua.Tangerang.Binarupa Aksara.
Kuswati,Tine Maria,dkk.(2007),Sains Kimia 3 SMA/MA.Jakarta.Bumi Aksara.
Oxtoby,W David,dkk.(2001).Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat jilid 2.Jakarta.Erlangga.
Rachmawati dan Johari.(2008).Kimia SMA dan MA untuk kelas XII.Jakarta.Esis.
Sugiyarto, Kristian Handoyo,dkk.(2001).Kimia Anorganik 2.Jakarta.Universitas Terbuka.
Syukri,(1999).Kimia Dasar 3.Bandung.ITB.