LOGAM VANADIUM DAN KROMIUM (KIMIA ANORGANIK)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kecendrungan
Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1. Kecendrungan
Vanadium
Logam
ini barangkali memang sulit dijumpai secara langsung di sekeliling kita, logam
ini mempunyai kenampakan bersianar cemerlang, cukup lunak sehingga mudah untuk
dibentuk seperti pembuluh, mempunyai titik leleh 1915°C dan titik didih
3350°C serta tahan terhadap korosi.
Vanadium dapat bergabung dengan karbon di dalam baja, membentuk senyawa V4C3
yang merupakan butiran–butiran halus terdispersi dan membuat baja menjadi lebih
tahan lama dan tahan sobekan bahkan pada temperatur tinggi, sehingga lebih baik
daripada baja besi. Penambahan karbon kira-kira 10% mengakibatkan kenaikan
titik leleh yang sangat menyolok, menjadi kira-kiara 2700°C.
Dengan
sifat semacam ini produksi vanadium sebagian besar (-80%) digunakan sebagai
logam aditif pada baja khususnya untuk keperluan baja yang tahan goncangan pada
kecepatan tinggi, disamping itu dipakai sebagai paduan dengan logam alumunium
dengan presentase sekitar 10%berat.
Kandungan
vanadium dalam batu-batuan pada kerak bumi diduga sekitar 136 ppm yang
merupakan unsur transisi terbanyak kelima setelah besi (Fe), titanium(Ti)
mangan(Mn), dan Zirkon (Zr) logam ini terdapat dalam kira-kira 60 macam mineral
bersama-sama dengan logam-logam lain. Mineral yang penting sebagai sumber logam
vanadium yaitu patronit VS yang merupakan suatu polisufida. Karena mudah
bergabung dengan oksigen, logam ini juga terdapat pada berbagai mineral vanadat
seperti pada :
Vanadiat yaitu timbal (II)n klorida vanadat, PbCl2.3Pb3(VO4)2
Karnoit yaitu
kalium uranil vanadat, K(UO2)(VO4).1,5 H2O dan
Vanadinit yaitu
Pb5(VO4)3Cl.
Dengan
konfigurasi elektronik [18Ar] 3d3, 4s2, atom
vanadium dapat ,melepaskan 2 sampai 5 elektron menghasilkan tingkat oksidasi
+2, +3, +4 atau +5. Kemudahan melepaskan elektron tentu saja berkaitan dengan
kedudukan vanadium sebagai awal anggota deret transisi dimana tarikan inti
terhadap elektron – elektron “d” masih relatif lemah , demikian juga berkaitan
dengan atom-atom yang berikatan yaitu yang bersifat sangat elektronegatif
seperti oksigen, dan senyawanya menjadi bersifat kovalen atau dalam bentuk
senyawa kompleks. Vanadium dengan tingkat oksidasi tertinggi (V+5)
ini tentu saja bersifat sebagai oksidator yang baik, dan dapat dipakai sebgai
kataloisator pada industri asam sulfat.
2. Kecendrungan
Kromium
Kromium
adalah logam yang kuat dan bercahaya serta sangat tahan terhadap korosi. Karena
itu, logam ini dipakai untuk pelindung besi dari proses korosi. Lapisan kromium
pada besi dapat dibuat dengan elektrolisis (penyepuhan). Kromium terdapat dalam
baja anti karat (stainless steel) yang biasa mengandung 19% kromium, 9% nikel,
dan yang lainnya besi.
Disamping
itu kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak, dan lembek jika muerni
dengan titik leleh kira-kira 1900°C dan titik didih kira-kira 2690°C. Logam ini
sangat tahan terhadap korosi, karena reaksi dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3
yang bersifat tidak berpori sehingga mampu melindungi logam yang
terlapisi dari serangan reaksi lebih lanjut.
Kromium
bereaksi dengan asam (non oksidator) menghasilkan Cr (II), tetapi dengan asam
oksidator reaksi menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan krom(II) oksida.
Atom kromium dengan konfigurasi elektronik
terluar 3d5, 4s1 (setengah
penuh) mempunayi tiga macam tingkat oksidasi yang utama yaitu +2, +3
(paling stabil) dan +6. Dengan demikian kromium sangat banyak terdapat sebagai
senyawanya.
Biloks
+2 merupakan ion Cr2+ yang berwarna biru dalam larutan dan sangat
mudah dioksidasi menjadi +3 yang merupakan biloks yang sangat stabil.
Senyawa
krom(III) yang sangat penting adalah senyawa oksidanya, Cr2O3
yang merupakan zat warna hijau yang sangat stabil. Zat ini dapat digunakan
untuk mewarnai cat, bahan atap dari scrap, semen dan plaster.
Ion krom(III) membentuk banyak ion kompleks
yang stabil dan dalam air berada dalam bentuk ion kompleks yang berwarna violet
Cr (H2O)63+. Ion ini membentuk garam krom(III)
yang berwarna violet.
Reaksinya
:
Cr(H2O)63+(aq)
+ 3OH-(aq) → Cr(H2O)3(OH)3(s)
+ 3H2O
Krom
yang biloks +6 membentuk oksida CrO3 yang merupakan oksidator kuat
dan merupakan anhidrida asam dari asam kromat H2CrO4. Dalam
larutan yang sangat asam H2CrO4 merupakan zat yang
penting. Apabila pH nya naik akan terbentuk dua macam zat salah satu zat berupa
ion kromat yang berwarna kuning CrO42- dan ion dikromat
Cr2O72- yang berwarna merah orange. Keduanya
adalah oksidator kuat dan keduanya berada dalam bentuk kesetimbangan
2CrO42-
+ 2H+ ↔ Cr2O72-
+ H2O
Menurut
prinsip Le Chartetier Cr2O72- lebih menonjol
pada pH rendah dan CrO42- merupakan zat yang menonjol
pada pH tinggi.
Ion
dikromat bersifat isoelektronik dengan managan (VII) oksida, yaitu cairan merah
yang eksplosit. Spesies yang mengandung kromium yang isoelektronik dengan MnO4-
ialah ion kromat CrO42-.
Logam
kromium relatif jarang, di dalam kerak bumi kandungannya diduga kira-kira hanya
0,0122% atau 122ppm, lebih rendah daripada Vanadium.
B.
Sifat-sifat
Fisis dan Kimia Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1.
Sifat Fisis
1.1 Sifat Fisis Vanadium
Karakteristik Umum
Nama unsure
|
Vanadium
|
|
V
|
Nomor atom
|
23
|
Kategori Unsur
|
Logam
Transisi
|
Grup, periode, blok
|
5, 4, d
|
Warna
|
Logam
biru-abu-abu-keperakan
|
Massa Atom
|
|
Konfigurasi Elektron
|
[Ar]3d3
4s2
|
Sifat-Sifat Fisis
Fasa
|
Padat
|
Massa Jenis
|
6.11 g/cm3
|
Titik leleh
|
2183 K (1910 °C, 3470 °F)
|
Titik Didih
|
3680 K (3407 °C, 6165 °F)
|
Kalor pembentukan
|
|
Kalor Penguapan
|
|
Kapasitas kalor (25 °C)
|
24.89
J·mol−1·K−1
|
Tabel
1. Sifat Fisis Vanadium
1.2 Sifat Fisis Kromium
Kromium mempunyai konfigurasi
electron 3d54s1,sangat keras,mempunyai titik leleh dan titik
didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsure-unsur transisi deret
pertama lainnya.Bilangan oksidasi terpenting adalah +2,+3,+6.
Tabel 2. Sifat Fisis Kromium
Massa
Jenis
|
7,15
g/cm3 (250C)
|
Titik
Lebur
|
2180
K, 19070C, 3465 ° F
|
Titik
Didih
|
2944
K, 26710C, 4840 ° F
|
Entalpi
Peleburan
|
20,5
kJ mol -1
|
Panas
Penguapan
|
339
kJ mol -1
|
Entalpi
Atomisasi
|
397
kJ mol -1
|
Kapasitas
Kalor (250C)
|
23,25 J/mol.K
|
Konduktivitas
Termal
|
94
W m -1 K -1
|
Koefisien
ekspansi termal linier
|
4,9
x 10 -6 K -1
|
Kepadatan
|
7,140
kg m -3
|
Volum
Molar
|
7,23
cm 3
|
Sifat
Resistivitas listrik
|
12,7
10 -8 Ω m
|
2.
Sifat
Kimia
2.1 Bilangan
Oksidasi
Tabel 3. Bilangan Oksidasi Vanadium dan
Kromium
Nomor Golongan
|
|
VB
|
VIB
|
Vanadium
(V)
|
Cromium
(Cr)
|
+1, +2,
+3, +4, +5
|
+2, +3, +6
|
Jadi, dapat dikatakan bahwa
vanadium dan cromium memiliki bilangan oksidasi yang lebih dari satu, pada
umumnya, hal ini disebabkan oleh elektron yang tidak hanya keluar dari subkulit
s, tetapi juga dari subkulit d yang
ada di bawahnya. Angka-angka bilangan
oksidasi yang berada di atas yang dicetak tebal merupakan bilangan oksidasi
yang paling stabil.
Beberapa catatan penting tentang tingkat oksidasi unsur vanadium dan cromium
yaitu:
a. Tingkat
oksidasi yang paling umum dari V dan Cr adalah +3.
b. V
dan Cr memiliki tingkat oksidasi tertinggi jika berikatan dengan unsur yang
sangat elektronegatif, seperti O dan F.
c. Pada
tingkat oksidasi yang tinggi (+4 ke atas), V dan Cr tidak lagi membentuk ion
sederhana .
Sebaliknya, V dan Cr akan membentuk
senyawa kovalen atau ion poliatom .
2.2 Konfigurasi
Elektron
Tabel 4. Konfigurasi
elektron Vanadium dan Kromium
VB
|
VIB
|
V
|
Cr
|
[Ar]
|
[Ar]
|
Dalam
upaya mencapai konfigurasi gas mulia, V dan Cr akan melepas elektron-elektron
di subkulit s dan d-nya. Karena
jumlah elektron di subkulit d yang
tergolong banyak, maka dibutuhkan energi yang lebih besar untuk melepas
elektron-elektron tersebut.
Dalam
pengisian orbital ternyata ada beberapa penyimpangan, yaitu:
Cr
[Ar] seharusnya [Ar]
Penyimpangan
itu terjadi akibat tingkat energi elektron tersebut lebih rendah dari yang
seharusnya. Menurut hasil spektroskopi: penyimpangan pada Cr adalah dimana
konfigurasi inilah yang paling stabil. Konfigurasi elektron cenderung stabil
apabila d atau s-nya terisi penuh
atau setengah penuh .
Sifat
fisika dan kimia unsur V dan Cr ditentukan oleh konfigurasi elektronnya.
Tingkat energi orbital d dan s kulit terluarnya hampir sama, sehingga terjadi
kombinasi orbital d dan s dalam konfigurasi elektronnya. Bila unsur ini
melepaskan elektron, maka yang pertama keluar adalah elektron pada orbital s,
karena yang terlemah, dan kemudian diikuti oleh orbital d. Akibatnya, unsur ini
dapat melepaskan satu, dua, tiga elektron.
2.3 Sifat Magnetik
Sifat
magnetik suatu unsur disebabkan keberadaan elektron tidak berpasangan di dalam
orbital atomnya. Kemungkinan adanya elektron tidak berpasangan cenderung
ditemui pada atom dari unsur dengan subkulit yang terdiri dari banyak orbital,
yakni subkulit d dan f. Kita ketahui bahwa V dan Cr memiliki
elektron-elektron tidak berpasangan dalam orbital-orbital di subkulit d-nya. Hal ini menyebabkan unsur-unsur
ini menjadi mudah tertarik ke medan magnet luar.
Tabel
5 V dan Cr yang elektronnya tidak memiliki pasangan elektron.
Nomor atom
|
Unsur
|
Jumlah e di subkulit d
|
|
orbital
|
|
|
|
4s
|
3d
|
4s
|
3d
|
23
|
V
|
2
|
3
|
↑↓
|
↑ ↑ ↑
|
24
|
Cr
|
1
|
5
|
↑
|
↑ ↑ ↑ ↑ ↑
|
Dapat
dikatakan bahwa V dan Cr adalah termasuk paramagnetik,
yaitu sifat zat yang dimiliki zat yang mempunyai setidaknya 1 elektron
tidak berpasangan (↑).
2.4 Warna unsur.
Vanadium :
banyak warna dalam senyawa.
Cromium :
putih perak
C.
Persenyawaan
Oksida Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1. Senyawa Oksida Vanadium
a. Vanadium
Pentoksida
V2O5
bewarna kuning- oranye. Dapat diperoleh dari pemanasan vanadat, NH4VO3
menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
2NH4VO3 NH3 + V2O5
+ H2O
Padatan V2O5
hasil ini mempunyai titik leleh kira- kira 650.
Membeku pada pendinginan dengan membentuk kristal- kristal yang berbentuk
jarum. Oksida ini juga dapat diperoleh dengtan penambahan larutan asam encer
kedalam larutan amonium vanadat:
2NH4VO3
+ H2SO4 (NH4
)2SO4 + V2O5 + H2O
Kelarutan oksida ini
dalam air sangat kecil (kira- kira 0,007 gr/L), dan V2O5
lebih bersifat amfoterik, oleh karena itu larut dalam basakuat, misalnya
natrium hidroksida, dengan menghasilkan ion panadat (yang tak bewarna). Jika
kedalam larutan ini kemudian ditambahkan asam hingga kira- kira pH 6,5, larutan
menjadi oranye cemerlang dan jika penambahan asam diteruskan hingga kira- kira
pH 2, ternyata diperoleh endapan bewarna coklat(V2O5),
tetapi endapan ini larut kembali pada penambahan asam lebih lanjut dengan
membentuk ion kompleks dioksida vanadium.
b. Vanadium
Dioksida
VO2 bewarna
biru tua diperoleh dari reduksi moderat V2O5. Bersifat
amfoterik seperti halnya V2O5 larut dalam kelarutan yang
sama banyak baik dalam asam maupun basa. Dalam basa kuat larut dengan membentuk
iopn vanadat (IV), namun rumusan ionnya kurang begitu jelas.
c. Vanadium
Trioksida
V2O3 bewarna
hitam, dapat diperoleh dari reduksi V2O5 dengan H2
atau CO. Bersifat basa oleh karena itu
dengan asam bereaksi menghasilkan ion V3+ yang bewarna hijau.
V2O3
+ H3O+ 2
V3+ + 9 H2O
d. Vanadium
Oksida
VO juga bewarna hitam,
dapat diperoleh dari reduksi V2O3 dengan logamnya, V.
Bersifat basa seperti halnya V2O3, larut dalamm asam
membentuk ion V2+
yang bewarna violet.
2. Senyawa
Oksida Kromium
a. Kromium
(III) Oksida
Cr2O3
bewarna hijau dan dapat diperoleh dari dekomposisi termal amonium dikromat,
reaksi:
(NH4)2CrO7
Cr2O3
+ N2 + 4H2O
b. Kromium
Trioksida
CrO3 bewarna
merah tua. Kromium trioksida sangat mudah larut dalam air menghasilkan ion
kromat , namun ion kromat ini mengalami perubahan struktur menjadi ion
dikromat. Reaksi:
CrO3
+ 3H2O [CrO4] 2- + H3O+
c. Kromium
(IV) Oksida
Dapat diperoleh dengan
reduksi CrO3 secara hidrotermal. Reaksi:
CrO3
+ H2 CrO2
+ H2O
d. Kromium
(VI ) Oksida
Dapat diperoleh dengan
penambahan asam sulfat pada alkali dikromat, reaksi:
K2Cr2O7
+ H2SO4 2CrO3 + K2SO4
+ H2O
Seperti
halnya pada oksida vanadium, sifat basa oksida (hidroksida)kromium menurun atau
sifat asam naik dengan naiknya tingkat oksidasi, oleh karena itu Cr2O3,
demikian juga Cr(OH)3 bersifat amfoterik. Seperti halnyta oksida dan
hidroksida aluminium, sedangkan CrO3 bersifat asam. Hal ini dapat
dipahami bahwa Cr(IV) mempunyai jari- jari ionik pendek dan kerapatan muatan
menjadi tinggi sehingga mempunyai kecendrungan yang lebih besar sebagai
akseptor elektron, dengan demikian bersifat asam.
D.
Ekstraksi
Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1. Ekstraksi Vanadium
Langkah
pertama ekstraksi logam ini yaitu vanadium dalam bentuk oksidanya V2O5
dari bijihnya melalui berbagai macam proses dan reaksi. Untuk itu
biasanya ditemuh prosedur umum dengan pemanggangan
(roasting) bijih-bijih yang dapat diremukkan atau diresidu vanadium dengan
garam NaCl atau N2CO3 pada temperatur kira-kira 850°C.
Tahap ini akan menghasilkan natrium
vanadat, Na3VO4 yang kemudian diluluhkan dengan air.
Pengasaman dengan asam sulfat hingga pH =2-3 akan menghasilkan padatan “ roti
merah” polivanadat, dan pemanggangan langsung pada temperatur
kira-kira 700°C akan menghasilkan padatan hitam V2O5.
Langkah
selanjutnyayaitu proses reduksi yang pada garis besarnya dibedakan dalam dua
perlakuaan berdasarkan tujuannya. Jika dikehendaki hasilnya untuk keperluan zat
adiktif pada baja, mka reduksi dilakukan dalam tanur listrik dengan penambahan
biji besi, silikon, dan kapur, CaO; hasilnya yaitu ferovanadium dengan kadar vanadium (35-95%) yang dapat dipisahkan
dari ampas atau kerak CaSiO3 menurut persamaan reaksi sebagai
berikut:
2V2O5
+ 5Si + Fe + 5CaO V + e + 5 CaSiO3
Untuk
digunakan sebagai zat aditif pada baja, ferovanadium dapat langsung dipakai
tanpa pemurnian lebih lanjut.
Jika
diinh=ginkan logam vanadium murni, reduksi V2O5
dapat dilakukan dengan kalsium dimana lelehan logam vanadium dapat
dipisahkan dari kerak CaO.
V2O5 + 5Ca 2V(l) + 5CaO(s)
Untuk
bahan dasar yang mengandung vanadium(II) klorida misalnya, logam vanadium
dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh melalui elektrolisis dengan proses van
Arkel-de Boer dimana garam vanadium klorida yang sudah dimurnikan diuapkan dan
didekomposisi melalui kawat panas dalam keadaan vakum.
2. Ekstraksi
Kromium
pada dasarnya terdapat
dua macam cara ekstraksi kromium berdasarkan penggunaannya, yaitu sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam
murni Cr.
1. Ferokrom
dibuat dari reduksi kromit dengan batubara (C) dalam tanur listrik; ferokrom
dengan kandungan karbon rendah dapat doperoleh dari reduksi kromit dengan
menggunakan ferosilikon sebagai ganti batu bara. Hasil paduan Cr-Fe ii dapat
digunakan secra langsung sebagai bahan aditif baja kromium steiless. Persamaan
reaksinya yaitu:
FeCr2O4
+ C 2Cr + Fe + 4CO(g)
2. Kromium
murni dapat diperoleh melalui tahap-tahap berikut. Pertama bijih kromit dalam
lelehan alkali karbonat dioksidasi dalam udara untuk memperoleh natrium kromat,
Na2CrO4. Kedua peluluhan dan pelarutan Na2CrO4.
Ketiga reduksi Cr2O3 dengan alumunium (proses alumino termit) dengan silikon. Persamaan reaksinya yaitu:
FeCr2O4
+ 2Na2CO3 + O2(g) 2Na2CrO4(aq) + 2CO2(g)
+ Fe(s)
2Na2CrO4(aq)
+ H2O → Na2Cr2O7(s) + 2NaOH(aq)
Na2Cr2O7
+ 2C Cr2O3 + Na2CO3
+ CO(g)
Cr2O3 +
2Al 2Cr(l) + Al2O3(s)
2Cr2O3 +
3Si 4Cr(l) + 3SiO2(s)
E.
Kegunaan
Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1.
Vanadium
Vanadium banyak
digunakan dalam industri-industri, seperti:
a.
Untuk
membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti
per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi.
b.
Untuk
membuat logam campuran.
c.
Oksida
vanadium (V2O5) digunakan sebagai katalis pada pembuatan
asam sulfat dengan proses kontak.
2.
Kromium
Logam kromium
dan senyawanya banyak digunakan dalam bidang industri.
a.
Logam
kromium dapat dicampur dengan besi kasar (pig iron) membentuk baja yang
sifatnya keras dan permukaannya tetap mengkilap.
b.
Krom
seperti ferrrokrom dapat juga dicampur dengan besi kasar membentuk baja yang
sifatnya tahan karat. Ferrokrom dapat dibuat dari reduksi kromit (FeCr2O4)
dengan karbon dalam tungku listrik.
Reaksi
pembuatannya:
FeCr2O4(s)
+ 4C —> Fe(s) + 2Cr(s)
+ 4 CO(g).
c.
Larutan
K2Cr2O7 atau kromium (III) oksida, CrO3,
dalam asam sulfat pekat, adalah oksidator kuat yang biasanya digunakan untuk
mencuci alat-alat laboratorium.
d.
Na2Cr2O7.2H2O
digunakan dalam penyamakan kulit, menghasilkan kulit sama, kromium membentuk
senyawa yang tidak melarut dengan protein dalam kulit.
e.
Senyawa
kromium dapat juga diganakan sebagai pigmen, yaitu PbCrO4 (kuning
kromium) dan Cr2O3 (hijau kromium).
f.
Kromium (VI)
dan kromium (III) digunakan untuk menyepuh logam (electroplating). electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan
bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam
pelapis ke material yang hendak dilapisi
g.
Pengawet Kayu.
Pengawetan kayu
untuk perumahan dan gedung adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet
ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap
serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.
Bahan Pengawet:
a. CCB adalah tembafa-khrom-boron
b. CCF adalah tembaga-khrom-flour
h.
Kromium dapat
berperan sebagai pewarna, pencelup, dan cat. Dalam bidang industri kimia, Kromium berguna sebagai bahan dasar pembuatan pigmen
cat/warna karena Kromium mengandung komponen warna merah, kuning, orange,
dan hijau.
i.
Zat Warna
Kromium digunakan
dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yang kerap digunakan adalah
warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang kedalamnya
dimasukkan kromium. timbal khromat berwarna kuning krom, merupakan pigmen yang
sangat berharga. Senyawa krom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan
atau penguat warna.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Vanadium merupakan logam yang mempunyai kenampakan bersianar cemerlang,
cukup lunak sehingga mudah untuk dibentuk seperti pembuluh, mempunyai titik
leleh 1915°C dan titik didih 3350°C
serta tahan terhadap korosi.
Kromium adalah logam yang kuat dan
bercahaya serta sangat tahan terhadap korosi. Karena itu, logam ini dipakai
untuk pelindung besi dari proses korosi. Kromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1,sangat
keras,mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik
didih unsure-unsur transisi deret pertama lainnya.Bilangan oksidasi terpenting
adalah +2,+3,+6.
Dan
adapun persenyawaan Oksida Vanadium adalah:
a. Vanadium
Pentoksida
b. Vanadium
Dioksida
c. Vanadium
Trioksida
d. Vanadium
Oksida
Sedangkan persenyawaan oksida kromium
adalah sebagai berikut:
a. Kromium
(III) Oksida
b. Kromium
Trioksida
c. Kromium
(IV) Oksida
d. Kromium
(VI ) Oksida
Ekstraksi logam vanadium dalam
bentuk oksidanya V2O5 dari bijihnya melalui berbagai
macam proses dan reaksi. Untuk itu biasanya ditemuh prosedur umum dengan pemanggangan (roasting) bijih-bijih yang
dapat diremukkan atau diresidu vanadium dengan garam NaCl atau N2CO3
pada temperatur kira-kira 850°C. Pada dasarnya terdapat dua macam cara
ekstraksi kromium berdasarkan penggunaannya, yaitu sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam murni Cr.
B.
Saran
Kita sebagai
mahasiswa harus banyak membaca agar pengetahuan kita luas terutama dibidang
yang kita pilih. Kita sebagai mahasiswa kimia haruslah menguasai ilmu-ilmu
kimia, oleh karena itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu
mahasiswa kimia dalam mendalami ilmu kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyarto,
Kristian Handoyo,dkk.(2001).Kimia
Anorganik 2.Jakarta.Universitas Terbuka.